Bulir Keringat Penderitaan Kulit Hitam
4:38:00 AM![]() |
platt and mr. epps. pic: google |
Wah, ini tulisan pertama saya mengenai film! *salto*. jadi gini, tempo hari saya baru aja kelar nonton 12 Years of Slave (ini udah 2017, please lin). Film keluaran tahun 2013 ini sempat masuk nominasi dan menangin beberapa ajang bergengsi kayak Academy Award, Golden Globe dan juga BAFTA. Film ini emang patut diacungin jempol gan. Pesannya nyampe banget!
Film ini based on true story dengan latar tahun 1840an, yang mengangkat kisah seorang kulit hitam bernama Solomon Northup. Solomon ini freeman. Dia cerdas, golongan mampu, bertalenta sebagai violinis, punya satu istri dua anak. Karna kemampuan bermain biolanya yoi banget, satu hari dia diajakin kerja jadi musisi sirkus gitu sama dua orang kulit putih, Brown dan Hamilton.
Disinilah perjalanan Solomon dimulai. Pekerjaan yang ditawarin sama Brown dan Hamilton itu ternyata perangkap buat dia jadi budak negro. Dia gak ngerti apa-apa, bahkan identitasnya diganti: namanya Platt, bukan freeman, dan negro pelarian dari Georgia. Dia juga dicambukin, dihajar habis-habisan.
Perjalanan panjang Washington-New Orleans (istilah zaman dulu utara-selatan) membawa Platt ke satu tempat perbudakan yang diprakarsai orang-orang kulit putih dan pembelinya pun tuan-tuan kulit putih. Dia dijual disana. Yang bikin saya seneng adalah tuan Platt yang pertama, William Ford, diperanin sama abang Benedict Cumberbatch :3. Ford ini adalah pendeta, majikan yang baik dan menghargai kerja keras budaknya. Platt pernah dikasih biola sebagai bentuk apresiasi karna mengusulkan pemindahan barang melalui jalur air.
![]() |
kiri ke kanan: Platt, Ford, Tibeats. Pic: Google |
Ford gak terlalu lama jadi majikan Platt karna beberapa hal. Ada satu waktu Platt sempat berantem sama Tibeats, asisten Ford yang jadi kepala tukang kayu. Platt sempet digantung sama Tibeats, tapi akhirnya gagal karna kepala pengawas, si Chapin, ngasih tau kalo Platt mau dijual sama Ford dan Tibeats gak bisa ngebunuh Platt karna udah ada transaksi. Sempet sih ada bagian aneh waktu Ford nyelametin Platt dari gantungannya, abis itu Platt dibawa kerumah Ford dan si Ford kayak ketakutan sampe megang senapan buat jaga-jaga mbok si Tibeats muncul lagi dan ngebunuh Platt. Kok ketakutan ya? Kan Ford bisa aja mecat si Tibeats dong kalo macem-macem? Apa emang dendam kulit putih terhadap kulit hitam sampe begitunya? Entahlah, untung aja akting Ben selalu bisa nyihir saya, jadi saya bisa tolerir. Wakwkkawk
Abis itu sampelah dia ke Epps, Ford sempet bilang kalo ini orang gak manusiawi dan bangga sebagai penghancur negro. Wah gila emang si Epps, suka berlaku seenaknya sama budak. Aneh deh tengah malem pas budaknya lagi pada tidur dibangunin buat dansa. Udah gitu kocaknya dari sekian banyak budak yang dansa ada yang paling semangat, yaitu si Patsey, diperanin sama Lupita Nyong’O, dihantem pake botol bir sama istrinya Epps karna gak suka ngeliat si Patsey dansa. Entah apa alesannya, dia pengen Epps ngejual Patsey. Cemburu mungkin. Jadi gak hanya perilaku sewenang-wenang Epps yang ngewarnain kehidupan budaknya, tapi konflik rumah tangga juga masuk di dalamnya.
Selama dibawah Epps, beberapa kali tentunya Platt sempet nyoba kabur. Percobaan kabur pertama gagal karna dia malah ketemu segerombolan kulit putih yang pengen ngehukum gantung dua budak negro. Gila, si Platt deg-degan parah dan dia ngaku kalo lagi disuruh belanja sama istrinya Epps. Akhirnya dibiarin pergi.
Percobaan kedua kabur, gak se-eksplisit yang pertama sih. Yang ini dia nyoba buat ngirim surat ke Marksville, lewat budak kulit putih yang dihukum karna nyalahin kewenangan tempat dia kerja dulu sebagai pengawas, Armsby namanya. Armsby diminta Platt ngebantu dia ngirim surat itu dan dibayar lewat hasil main biola pas tinggal di Hakim Turner (kebun Epps diserang hama jadi budaknya dipindahkan sementara). Hasilnya adalah, Armsby ngekhianatin Platt dengan cerita semuanya ke Epps.
Disamperin dah tuh si Platt sama Epps tengah malem. Tapi Platt ngejawab tuduhan itu dengan cerdas, “bagaimana saya bisa menulis surat tanpa tinta dan kertas? Untuk siapa aku menulis surat, tidak ada teman yang aku kenal. Armsby itu pembohong yang mabuk, bukankah dia mau kau menjadikannya pengawas? Dia ingin kau percaya kalau kita semua akan kabur. Dengan begitu kau akan menunjuk pengawas untuk mengawasi kami.” An excellent thought dan Epps percaya. Di adegan itu kita bisa liat sesama budak tapi beda warna kulit, selama ada kebencian terhadap perbedaan warna kulit di dalamnya, ia tetap mendukung sesamanya dan berkhianat terhadap orang yang udah ngasih kepercayaan kepadanya.
Disamperin dah tuh si Platt sama Epps tengah malem. Tapi Platt ngejawab tuduhan itu dengan cerdas, “bagaimana saya bisa menulis surat tanpa tinta dan kertas? Untuk siapa aku menulis surat, tidak ada teman yang aku kenal. Armsby itu pembohong yang mabuk, bukankah dia mau kau menjadikannya pengawas? Dia ingin kau percaya kalau kita semua akan kabur. Dengan begitu kau akan menunjuk pengawas untuk mengawasi kami.” An excellent thought dan Epps percaya. Di adegan itu kita bisa liat sesama budak tapi beda warna kulit, selama ada kebencian terhadap perbedaan warna kulit di dalamnya, ia tetap mendukung sesamanya dan berkhianat terhadap orang yang udah ngasih kepercayaan kepadanya.
Selama bertahun-tahun, budak negro di Epps akrab dengan hukuman cambukan. Kalo hasil metik kapas kurang dari 200 pons, hukumannya cambukan. Bahkan Patsey, selain dijadikan alat pemuas birahi Epss, dia juga pernah dicambuk karna Epps ngerasa dibohongin sama dia. Epps selalu menaruh kecurigaan pada budak negronya.
Di akhir film diceritain setelah Solomon balik ke keluarganya berkat surat yang ditulis Mr. Bass (pekerja bangunan di rumah Epps, peduli perbudakan negro, diperanin sama Brad Pitt), Solomon nuntut orang-orang yang nyulik dan memperkerjakan dia sebagai budak. Sedihnya, hukum pada saat itu juga belum adil. Dia gak bisa bersaksi melawan orang kulit putih di pengadilan negeri. Setelah proses hukum yang panjang, penculiknya, Brown dan Hamilton juga lolos dari tuntutan. Akhirnya dia nulis buku "12 Years of Slave" tahun 1853 yang diadaptasi sama film ini. Dia jadi aktivis anti-perbudakan, dia juga ngisi kuliah tentang perbudakan, dan ngebantu pelarian budak lewat jalur kereta bawah tanah. Tapi kematian Solomon gak pernah diketahui persis tanggal, lokasi, dan penyebabnya sampe film ini dibuat:(
Secara keseluruhan film ini nunjukkin kekerasan yang dialami budak negro dari awal sampe akhir: dicambuk, digebukin, ditaro besi dimulutnya (bagi yang melawan), disilet mukanya, dihukum gantung. Penculikan kaum kulit hitam yang dijadikan budak oleh kulit putih memang marak terjadi pada tahun 1840an.
![]() |
contoh hukuman gantung zaman dulu terhadap negro. jahat bgt jadi tontonan. sorry for the pic:( pic: google. |
Menurut saya, film ini berhasil membuat saya iba. Karna film ini lebih ngambil sudut pandang penderitaan korban penculikan dan perbudakan, luka kekerasan yang ditampilin juga begitu vulgar dan mengerikan.
Beberapa kali saya juga nonton film perjuangan kulit hitam. Sebelumnya, tahun 2015 lalu saya sempat nonton film Selma, cerita tentang perjuangan Dr. Martin Luther King Jr. dan rekan-rekannya tahun 1965 untuk memperoleh hak pemilihan suara bagi kulit hitam di AS, dari kota kecil Selma ke ibu kota Montgomery. Udah cukup lama sih nontonnya dan gak akan saya ulas panjang jalan ceritanya disini. Yang saya inget, kayaknya saya sempat nangis nonton film ini akibat kehebatan akting David Oyewolo yang memerankan Dr. Martin Luther King Jr. Begitu total, menggebu-gebu, dan perjuangannya begitu mengharukan. Setiap usahanya dari diplomasi sampai turun ke jalan, menjadi ancaman buat orang kulit putih. Inget banget gimana di film itu mereka diperlakukan kasar sama pemerintahnya sendiri. Mereka yang terjun ke jalan digebukin sama polisi pake pukulan baseball yang dililitin kawat tajem berduri gitu:(
Terlepas dari kekurangan filmnya, saya rasa pesan dalam kedua film ini─sebagai contoh film tentang perjuangan kulit hitam─nyampe banget ke penontonnya. Saya terpaku oleh cerita yang ditampilkan: penindasan, kekerasan, pelecehan, perjuangan untuk bertahan hidup. Film tersebut mampu membuat saya berpikir, "ini serius terjadi pada waktu itu? Kok ada manusia yang tega perlakuin manusia lain kayak hewan ternak hanya karna beda warna kulit yang jelas-jelas mereka gak minta warna kulit itu pada saat dilahrikan?!"
Gosh, bulir keringat penderitaan mereka yang jatuh begitu nyata. Ada orang yang sampai begitu sulitnya untuk memperjuangkan hidup. Solomon Northup dan Martin Luther King Jr. adalah sebagian kecil dari mereka yang terdiskriminasi dan melawan diskriminasi itu untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak hidupnya. Gak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang banyak dan untuk anak-cucunya kedepan. Saya ingat satu quote Martin Luther King Jr., "I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin, but by the content of their character".
Perjuangan mereka tak sekedar cikal-bakal pembuatan film atau bahkan trophy di berbagai ajang bergengsi. Jauh lebih dari itu, jika tidak ada perjuangan mereka rasisme akan warna kulit yang terjadi hari ini akan jauh lebih parah. Saya khawatir apa manusia yang warna kulitnya berbeda bisa bertahan di lingkungan yang terkotak-kotakkan ini.
Gosh, bulir keringat penderitaan mereka yang jatuh begitu nyata. Ada orang yang sampai begitu sulitnya untuk memperjuangkan hidup. Solomon Northup dan Martin Luther King Jr. adalah sebagian kecil dari mereka yang terdiskriminasi dan melawan diskriminasi itu untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak hidupnya. Gak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang banyak dan untuk anak-cucunya kedepan. Saya ingat satu quote Martin Luther King Jr., "I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin, but by the content of their character".
Perjuangan mereka tak sekedar cikal-bakal pembuatan film atau bahkan trophy di berbagai ajang bergengsi. Jauh lebih dari itu, jika tidak ada perjuangan mereka rasisme akan warna kulit yang terjadi hari ini akan jauh lebih parah. Saya khawatir apa manusia yang warna kulitnya berbeda bisa bertahan di lingkungan yang terkotak-kotakkan ini.
0 comments